Banyak orang tua yang ingin memiliki anak genius. Sebab anak yang
genius akan lebih mudah menerima pendidikan. Namun kerap ada anggapan
anak genius itu cenderung kuper alias kurang pergaulan. Benarkah
anggapan ini?
Psikolog dari National Center for Gifted and
Talented, Surya University Tangerang, Esther K Wirawan menjelaskan
bahwa genius yang dimaksud adalah merujuk pada seseorang yang memiliki
IQ di atas 170. Selain itu yang bersangkutan telah memiliki kontribusi
yang diakui oleh masyarakat.
"Di Indonesia untuk kelompok
kecerdasan ini ada juga istilah Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa
(CIBI). Baik Genius maupun CIBI pada prinsipnya bukan sesuatu yang bisa
dicetak, karena genius mengacu pada potensi yang ada dalam diri
seseorang," terang Esther.
Hal itu disampaikan dia dalam live
chat detikForum dengan tema 'Mencetak Anak yang Genius' di kantor
detikcom, Jl Warung Jati Barat Raya 75, Jakarta Selatan, Selasa
(23/7/2013).
Esther mengakui beberapa anak genius tampak kurang
memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang baik. Biasanya hal ini
dikarenakan dia 'merasa' berbeda dengan teman sebayanya.
"Kemampuan
kognitif yang di atas rata-rata, kelenturan berpikir yang mampu
menghasilkan banyak cara pandang yang berbeda dan ketekunan hanya pada
bidang yang disukainya (terkadang terkesan meremehkan) bisa menjadi
penyebab awal anak kurang diterima di sekitarnya dan akhirnya berimbas
ke 'kuper'," terang perempuan berambut panjang ini.
Nah, hal
yang pertama perlu dilakukan untuk mendampingi anak genius adalah
dengan menunjukkan sikap menerima diri anak tersebut apa adanya. Dengan
perasaan bahwa anak tersebut sudah diterima apa adanya, maka orang tua
bisa mengarahkan anak supaya bisa menerima orang lain dan bergaul meski
terdapat 'perbedaan'.
Untuk mempersiapkan anak agar tumbuh
sebagai orang yang genius, maka yang perlu dipersiapkan adalah memberi
stimulasi otak maupun fisik. Ada banyak cara menstimulasi kecerdasan
anak. Salah satu alternatifnya adalah dengan memperdengarkan musik
klasik.
Permainan alat musik juga dapat menjadi salah satu cara
menstimulus perkembangan otak. Akan tetapi dalam perkembangan
selanjutnya harus tetap diberikan stimulus sesuai dengan usianya.
Selain
itu, perlu pula memberikan nutrisi yang baik pada anak. "Beberapa riset
memang membuktikan bahwa kandungan protein, omega 3 dalam ikan laut
mampu merangsang otak. Namun tentunya bukan ikan yang tercemar ya,"
pesan Esther.