Memotret memang sesuatu yang menyenangkan. Kadang-kadang sampai lupa
daratan, sangat lahap menghabiskan memori kamera bergiga-gigabyte.
Kalau perginya sampai berhari-hari, sampai perlu membawa hardisk eksternal supaya gambar bisa langsung dipindah dan lebih
safety.
Apalagi kalau memotretnya dalam format Large dan RAW, membawa hardisk
eksternal menjadi kebutuhan utama. Seperti saat saya hunting foto ke
Prancis, memory menembus 27 GB dalam 4 hari saja.
Sekali atau
dua kali hunting, files foto itu akan terlihat memesona. Akan tetapi
bila berkali-kali jalan dan kemudian disibukkan dengan beban kerja
sehari-hari, terkadang file foto ditumpuk begitu saja seperti cucian
kotor.
Wah... jangan sampai terjadi karena pasti akan menyulitkan pencarian saat dibutuhkan.
Sebab,
dari curhat sebagian senior, mereka pun kadang kesulitan mencari
foto-foto lama karena saking banyaknya frame yang dihasilkan usai
bertahun-tahun menjepret.
Terlebih tren saat ini makin
dipenuhi 'file foto yang sangat menumpuk' seperti untuk kebutuhan
timelapse atau hyperlapse. Mau tidak mau, filing foto perlu
diperhatikan dengan lebih teliti.
Pertama, pastikan membuat folder utama untuk menyimpan hasil memotret dalam bentuk file asli: belum di-
resize dan
belum disentuh oleh sofware apapun. File asli sangat berguna untuk
memperoleh data akurat bila di kemudian hari dibutuhkan seperti untuk
keperluan lomba foto ataupun mencetak dalam ukuran besar.
Sebisa mungkin, folder yang berisi file foto asli ini tidak disortir kecuali yang benar-benar rusak seperti
super duper over atau
under exposure. Kalau sekadar
under satu atau dua stop, sepertinya masih tertolong.
Selain itu, disarankan tidak langsung mendelete hanya karena gambar goyang, fokus agak meleset dikit, atau
angle dan
komposisinya kurang ciamik. Sebab, tidak mungkin gambar-gambar yang
saat ini keliatan biasa saja, akan terlihat lebih berharga pada suatu
saat seiring perubahan tren fotografi dan faktor sejarah tentunya.
Kedua,
berikan nama folder yang jelas dan mudah diingat. Kalau sampai dua
hingga tiga kali lebih memotret kota yang sama, dapat dipisahkan dengan
periode waktu yang berbeda. Misalkan Singapura 2013 dan Singapura 2012.
Kalaupun
hunting fotonya lumayan lama, ada baiknya memilih file asli sesuai
urutan waktu. Misalkan ke Bangkok selama 4 hari, maka dipilah terlebih
dahulu dalam folder Bangkok Hari Pertama, kedua dan seterusnya.
Ketiga,
setelah menjamin file foto asli dalam folder yang aman, barulah
foto-foto dapat diklasifikasikan dalam beberapa folder sesuai kebutuhan
dan temuan di lapangan.
Misalkan file khusus 'makanan', 'detail',
'human interest', 'street photo', 'sunset', 'senyum keluarga' dan
seterusnya. Pembuatan filing ini bakal mempermudah pencarian di
kemudian hari karena tidak perlu repot-repot mengingatnya, bukan…
Keempat,
usai foto ditaruh dalam 'rak-rak' yang terkategori dengan baik dan
mudah diingat, foto sudah siap untuk diolah sesuai kebutuhan. Baik
untuk kebutuhan pribadi maupun untuk ramai-ramai bersama teman-teman.
Biasanya
paling sering diacak-acak dulu di sofware seperti croping, exposure
hingga menumpuk beberapa frame dalam satu frame foto. Baru kemudian
di-share di berbagai media sosial.
Jadi, mau tidak mau harus
menyiapkan hardisk eksternal dalam kapasitas besar. Tidak perlu
pelit-pelit karena memang saat ini harganya semakin naik terus, seiring
harga dolar.
Toh, foto yang dijepret lebih berharga daripada
foto hilang atau rusak. Hanya saja, pemakaiannya harus benar-benar
hemat, jangan dicampur-campur dengan file yang lain seperti video
dengan kapasitas memori lebih buncit lagi.
sumber