Gorengan telah menjadi menu berbuka puasa yang tak bisa dilewatkan oleh
sebagian orang Indonesia. Padahal, gorengan merupakan makanan yang tidak
boleh dimakan saat berbuka puasa. Pasalnya, gorengan memiliki indeks
glikemik tinggi. Ini akan membuat gula darah naik dengan sangat cepat
dan turun dengan cepat pula.
Meskipun demikian, gorengan dan
juga makanan kaya glukosa lainnya sangat sulit dihindari. Kita dibuat
seakan ketagihan. Ternyata, memakan makanan seperti ini mempengaruhi
pusat saraf yang akhirnya menimbulkan ketagihan.
“Makanan dengan indeks glikemik tinggi (GI) akan mengaktifkan daerah di otak,” tulis situs
Women’s Health Magazine,
Selasa, 9 Juli 2013. Ternyata, daerah ini juga akan aktif bila
mengkonsumsi zat adiktif atau melakukan perjudian. Ini berarti, makanan
tinggi indeks glikemik juga membuat kecanduan seperti halnya zat adiktif
dan perjudian.
Pada studi yang dipublikasikan dalam
American Journal of Clinical Nutrition ini,
peneliti memberikan susu kocok kepada 12 orang obesitas, beberapa di
antaranya susu kocok rendah GI. Empat jam kemudian, orang yang minum
susu kocok rendah GI merasa lapar, memiliki kadar gula darah yang lebih
rendah, dan memiliki aktivitas yang meningkat pada bagian otak yang
berhubungan dengan hasrat dan kecanduan.
Memang, makan makanan
tinggi GI tidak bisa disamakan dengan berjudi atau mengkonsumsi
obat-obatan. Namun, Belinda Lennerz, MD, PhD, peneliti dari Children’s
Hospital di Boston, menyatakan makan makanan tinggi GI akan menyebabkan
gula darah naik secara drastis, kemudian turun.
Hal ini akan
memicu aktivitas pusat kesenangan pada otak yang menyebabkan seseorang
bernafsu untuk kembali makan dan memenuhi hasratnya itu.
Namun
demikian, ini tidak berarti makanan selalu bersifat adiktif seperti
alkohol atau kokain. Pasalnya, makan merupakan kebutuhan dasar. Meskipun
sering kali kesenangan dan frustrasi juga menjadi alasan seseorang
untuk makan. Perilaku seperti ini, ditambah dengan peningkatan aktivitas
otak pada pusat kontrol “mengidam”, menunjukkan bahwa risiko “kecanduan
makanan” berpotensi menjadi nyata.
sumber