Tangisan bayi bisa menjadi faktor penting dalam penentuan masalah
kesehatan yang mungkin tetap tidak terdeteksi. Bagi orang tua, tangisan
bayi adalah sinyal rasa lapar, sakit, atau ketidaknyamanan. Namun, bagi
para ilmuwan, fitur akustik halus dalam tangisan bayi dapat menyimpan
informasi yang lebih penting mengenai kesehatan bayi.
Sekelompok
peneliti dari Universitas Brown dan rumah sakit ibu dan anak di Rhode
Island, AS, telah mengembangkan alat berbasis komputer yang dapat
menganalisis tangisan bayi. Dengan alat ini, para peneliti berharap
dapat mengidentifikasi masalah neurologis atau gangguan perkembangan
bayi melalui tangisannya. Mereka percaya alat ini juga dapat mendeteksi
autisme pada bayi.
“Ada banyak kondisi yang mungkin dapat
tergambar dari perbedaan akustik dalam tangisan,” ujar Dr. Stephen
Sheinkopf dari Universitas Brown, seperti dikutip
Daily Mail, Jumat,
12 Juli 2013. Misalnya, bayi dengan trauma lahir atau cedera otak
akibat komplikasi atau kehamilan akan memiliki efek medis di kemudia
hari. Begitu pula dengan bayi prematur.
“Analisis tangis dapat
menjadi pengukuran untk gangguan sistem neurobiologis dan
neurobehavioral pada bayi sedini mungkin,” ujar Sheinkopf.
Sistem
ini beroperasi dalam dua tahap. Selama tahap pertama, analisis akan
membagi rekaman tangisan bayi dalam setiap 12,5 milidetik frame. Di
dalam setiap frame, tangisan akan dianalisis berdasarkan beberapa
parameter, yakni karakteristik frekuensi, suara, dan volume.
Sementara
dalam tahap dua, tangisan akan dianalisis dengan menggunakan data dari
data pertama untuk memberikan pandangan yang lebih luas dari teriakan
bayi dan memilah-milah parameter mana yang paling dominan. Pada
akhirnya, sistem mengevaluasi untuk 80 parameter yang berbeda,
masing-masing bisa memegang petunjuk tentang kesehatan bayi.
“Intinya,
kami yakin bahwa tangis adalah jendela otak,” kata Barry Lester,
peneliti lainnya. Sementara untuk mendeteksi autisme, Dr. Sheinkopf
menyatakan, sejak dulu peneliti sudah menyadari ada perbedaan vokal pada
penderita autisme dewasa.
“Penderita autisme dewasa memiliki
vokalisasi yang tidak biasa atau atipikal,” kata Dr. Sheinkopf. Jadi,
para peneliti juga menyakini, atipikal pada penderita autisme sudah
terjadi pada mereka saat bayi. Dan, autisme ini dapat tergambarkan dari
tangisnya.
sumber