Benteng Somba Opu dibangun oleh Sultan Gowa ke-IX yang bernama Daeng
Matanre Karaeng Tumapa‘risi‘ Kallonna pada tahun 1525. Pada
pertengahan abad ke-16, benteng ini menjadi pusat perdagangan dan
pelabuhan rempah-rempah yang ramai dikunjungi pedagang asing dari Asia
dan Eropa.
Pada tanggal 24 Juni 1669, benteng ini dikuasai oleh VOC dan
kemudian dihancurkan hingga terendam oleh ombak pasang. Pada tahun
1980-an, benteng ini ditemukan kembali oleh sejumlah ilmuan. Pada tahun
1990, bangunan benteng yang sudah rusak direkonstruksi sehingga tampak
lebih indah. Kini, Benteng Somba Opu menjadi sebuah obyek wisata yang
sangat menarik, yaitu sebagai sebuah museum bersejarah.
ILMUWAN Inggris, William Wallace, menyatakan, Benteng Somba Opu
adalah benteng terkuat yang pernah dibangun orang nusantara. Benteng ini
adalah saksi sejarah kegigihan Sultan Hasanuddin serta rakyatnya
mempertahankan kedaulatan negerinya.
Pernyataan Wallace bisa jadi benar. Begitu memasuki kawasan Benteng
Somba Opu, akan segera terlihat tembok benteng yang kokoh. Menggambarkan
sistem pertahanan yang sempurna pada zamannya. Meski terbuat dari batu
bata merah, dilihat dari ketebalan dinding, dapatlah terbayangkan betapa
benteng ini amat sulit ditembus dan diruntuhkan.
Ada tiga bastion yang masih terlihat sisa-sisanya, yaitu bastion di
sebelah barat daya, bastion tengah, dan bastion barat laut. Yang
terakhir ini disebut Buluwara Agung. Di bastion inilah pernah
ditempatkan sebuah meriam paling dahsyat yang dimiliki orang Indonesia.
Namanya Meriam Anak Makassar. Bobotnya mencapai 9.500 kg, dengan panjang
6 meter, dan diameter 4,14 cm.
Sebenarnya, Benteng Somba Opu sekarang ini lebih tepat dikatakan
sebagai reruntuhan dengan sisa-sisa beberapa dinding yang masih tegak
berdiri. Bentuk benteng ini pun belum diketahui secara persis meski
upaya ekskavasi terus dilakukan. Tetapi menurut peta yang tersimpan di
Museum Makassar, bentuk benteng ini adalah segi empat.
Di beberapa bagian terdapat patok-patok beton yang memberi tanda
bahwa di bawahnya terdapat dinding yang belum tergali. Memang, setelah
berhasil mengalahkan pasukan Kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan
Hasanuddin, Belanda menghancurkan benteng ini. Selama ratusan tahun,
sisa-sisa benteng terbenam di dalam tanah akibat naiknya sedimentasi
dari laut.
Secara arsitektural, begitu menurut peta dokumen di Museum Makassar,
benteng ini berbentuk segi empat dengan luas total 1.500 hektar.
Memanjang 2 kilometer dari barat ke timur. Ketinggian dinding benteng
yang terlihat saat ini adalah 2 meter. Tetapi dulu, tinggi dinding
sebenarnya adalah antara 7-8 meter dengan ketebalan 12 kaki atau 3,6
meter.
Benteng Somba Opu sekarang ini berada di dalam kompleks Miniatur Budaya
Sulawesi Selatan. Wisatawan dapat menikmati bentuk-bentuk rumah
tradisional Sulawesi Selatan seperti rumah tradisional Makassar, Bugis,
Toraja, dan Mandar tak jauh dari benteng. Di dalam kompleks ini pula
setiap tahun digelar Pameran Pembangunan Sulawesi Selatan.
sumber